Rabu, 02 Maret 2011

Multiculturalism has failed us!

Itu adalah pernyataan perdana mentri Inggris baru baru ini. And it got me thinking.

Pertama pertanyaannya adalah, apakah Multiculturalism? Dan jawabannya tentu saja bisa di cari dengan Google. Untuk meringkas Multiculturalism adalah sebuah system dimana dalam satu society dengan banyak kebudayaan, agama, atau ras yang berbeda, setiap perbedaan itu dibiarkan untuk berkembang biak dengan baik, dan perbedaan itu dilindungi oleh negaranya. On short, it is what we have implied in Indonesia, it is what we call Bhinneka Tunggal Ika.

Lalu mengapa Multiculturalism has failed England, sedangkan multiculturalism itu baik? Mari kita lihat dari sudut pandang mereka.

Di Inggris saat ini lagi ada kegemparan, karena banyaknya terorisme oleh penduduk mereka sendiri dan juga banyaknya orang inggris yang memilih untuk pergi berperang membela Negara lain yang berada jauh dari mereka, karena mereka tidak memiliki perasaan memiliki Negara Inggris. Oke mari kesampingkan isu agama di sini. Bukan itu yang mau saya bahas.

Wajarlah jika orang inggris merasa ketar ketir terhadap kondisi tersebut, karena lebih dari 20% mungkin dari penduduknya bukan “penduduk asli”, tapi mengapa, mengapa walaupun mereka tinggal di sana dan bekerja serta berkeluarga dibawah pemerintahan Inggris, mereka tidak merasa memiliki Inggris? There must be something wrong.

Jawabannya adalah multiculturalism, Dengan adanya kebijakan ini, secara tak sadar mereka jadi memisah-misahkan golongan dalam masayarakat mereka. Mereka telah secara sadar membiarkan perbedaan memisahkan mereka. Mereka secara sadar telah mempraktekkan devide et empera pada diri mereka sendiri.

Di minggu yang sama, saya membaca di majalah Newsweek yang ada di perpustakaan kampus saya tentang adanya pembantaian 3 orang Ahmadiyah di Indonesia. Judul dari artikel itu adalah Intolerant Indonesia. Bagaimana hal seperti itu bisa terjadi?

Tak adil jika pembantaian itu dijustifikasi karena orang yang dibantai adalah Ahmadiyah, tak ada justifikasi untuk sebuah pembantaian. Dan tak adil jika karena pembantaian ini maka satu Indonesia di anggap tidak mempunyai toleransi agama, karena saya sebagai warga Negara Indonesia yakin bahwa kita adalah Negara yang sangat toleran. Bangsa yang toleran. Tapi apakah itu benar?

Setelah pembantaian terjadi tidak ada kegemparan yang terjadi di masyarakat Indonesia yang meminta keadilan ditegakkan, karena mungkin merasa bahwa mereka pantas dibantai? Apakah keheningan masyarakat terhadap hal-hal seperti ini merupakan pertanda bahwa kita memang adalah Intoleran Indonesia?

Ini adalah buah dari Multiculturalism. Dengan mempromosikan perbedaan kita membuat manusia menjadi jauh satu sama lain. Kita menarik diri kita dari sesame bangsa kita, karena perbedaan agama, perbedaan suku, perbedaan pulau, perbedaan bahasa, dan sebagainya. Karena itulah Multiculturalism itu adalah sebuah kebijakan yang gagal untuk sebuah bangsa.

Tapi jangan lupa bahwa Negara kita bukan dibangun dengan Bhinneka Tunggal Ika. Negara kita didirikan dengan Sumpah Pemuda. Sebuah sumpah yang menyatakan bahwa kita mengaku bertumpah darah satu tanah Indonesia, mengaku berbangsa satu Bangsa Indonesia, dan mengaku berbahasa satu Bahasa Indonesia. Semua Perbedaan itu kita lewati demi satu tujuan yang sama, dimana semangat itu sekarang?

1 komentar: